BERBICARA DENGAN ANAK USIA 2 TAHUN
Pada usia dua
tahun anak mulai mengumpulkan perbendaraan kata. Meski kemampuan berbicara sifatnya alami,
orangtua harus rajin mengasahnya. Di usia
dua tahun kemajuan si kecil tumbuh pesat. Berbagai rangsangan diperlukan guna
mengoptimalkan perkembangannya, termasuk kemampuan berbicara. Saat ini
kebanyakan bentuk-bentuk komunikasi pra-bicara yang tadinya sangat bermanfaat
di masa bayi, seperti mengoceh, bubbling, dan menangis, mulai ditinggalkan.
Menurut Pakar
Psikologi Perkembangan Elizabeth B. Hurlock, anak usia dua tahun mungkin mulai
menggunakan bahasa isyarat sebagai pelengkap pembicaraan, yaitu untuk
menekankan arti kata-kata yang diucapkan. Misal, jika ingin pergi, dia berkata
“pergi” sambil menunjuk ke pintu rumah, atau menenteng sepatunya. Untuk minta
bangun dari tidur, dia berkata “yuk bangun ” sambil turun sendiri dari ranjang.
Untuk menolak makan dia bilang “nggak mau” sambil menutup mulut atau melarikan
diri, dll. Selain itu, lanjut Hurlock, anak-anak pun mulai rajin berkomunikasi
dengan orang lain menggunakan ungkapan-ungkapan emosional yang mulai bisa
diterima.
Kembangkan Perbendaharaan Katanya
Pakar
mencatat, rata-rata anak usia dua tahun mempunyai kemampuan mengucapkan 200
kata, tetapi tercakup dalam angka rata-rata ini adalah mereka yang hanya mampu
mengucapkan selusin kata maupun yang mampu mengucapkan 500 kata atau lebih.
Artinya, kemampuan ini memnag berbeda-beda. Ada anak yang baru mulai
menggabungkan kata-kata sederhana, namun ada juga yang mencoba menggabungkan
kata berbulan-bulan untuk kalimat yang sulit. Nah, agar kemampuan komunikasi
verbal anak cukup baik, orangtua harus membantunya.
Menurut
Psikolog Perkembangan Pamugari Widyastuti M.Psi, orangtua harus banyak-banyak
mengajak anak berbicara, sembari mengenalkan lingkungan seperti sekolah, rumah,
kebun, kebun binatang, dan segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut.
”Selain itu kenalkanlah juga anak pada konsep-konsep sederhana seperti
besar-kecil, atas-bawah, basah-kering, dsb. Lanjutkan dengan buku-buku yang
menerangkan lebih lanjut tentang hal itu, seperti buku cerita binatang dan buku
tentang berbagai bentuk.”
Pada usia
ini, cara terbaik membuat anak berbicara adalah dengan berbicara kepadanya.
Meskipun pada umumnya orangtua secara alami akan mahir memajukan kemampuan
bicara anaknya, tetapi usulan-usulan berikut ini bisa lebih memajukan
percakapan dengan anak:
1. Mengembangkan kata-kata anak. Kembangkan kata-kata yang diucapkan oleh anak, maka tidak lama lagi percakapannya akan berkembang. Misal, ketika dia berkata “Rumah besar”, tambahkanlah “Itu rumah yang besar, dan rumah yang tinggi. Lihat betapa tingginya sampai ke langit.
1. Mengembangkan kata-kata anak. Kembangkan kata-kata yang diucapkan oleh anak, maka tidak lama lagi percakapannya akan berkembang. Misal, ketika dia berkata “Rumah besar”, tambahkanlah “Itu rumah yang besar, dan rumah yang tinggi. Lihat betapa tingginya sampai ke langit.
2. Berbicara secara spesifik. Utarakan pengamatan Anda dengan sejelas mungkin. Ketika Anda ingin menunjukkan seekor kucing yang memanjat pohon, jangan hanya mengatakan “Lihat!” tapi katakan “Lihat! Saya melihat seeokor kucing putih sedang memanjat pohon. Mungkin dia sedang mengejar burung.”
3. Memberi penjelasan. Warnai kata-kata anak dengan kata pelengkap. Jangan hanya mengatakan “Itu anjing.” Tapi katakanlah, “Itu seekor anjing berwarna coklat dengan bulu yang lebat. Ia memakai ikat leher yang bagus dan berwarna merah.”
4. Sedikit memperumit. Menggunakan kalimat sederhana dan singkat untuk batita, memang bijaksana. Namun ada saatnya si kecil harus mendapat tantangan untuk mendengar kalimat-kalimat yang lebih rumit. Tetapi Anda perlu berbicara dengan ucapan yang jelas dan cukup didengar. Selain itu siaplah mengulang apa yang tidak dapat ditangkap oleh anak.
5. Melanjutkan percakapan. Bahkan jika si kecil belum bisa menggunakan kalimat, dia dapat mengikuti, menambahkan, dan pada akhirnya berpartipasi dengan penuh setiap percakapan dengan Anda.
6. Terus bertanya. Memberikan pertanyaan pada anak masih merupakan cara yang efektif untuk membangun kemampuan verbalnya. Ajukan pertanyaan yang menantang (tapi tidak membuatnya frustasi) perbendaharaan anak, tidak perlu juga sebuah pertanyaan yang perlu di jawab.
Misal, jika anak bertanya “apa itu?’ Coba jawab dengan “Menurutmu apa?”
7. Terus
membaca. Membaca akan mengajar banyak hal tentang bahasa pada seorang anak,
selain juga menyenangkan.
8. Bermain kata-kata. Mungkin masih terlalu dini untuk bermain scrabble, tetapi sudah waktunya bagi anak untuk bermain “apa itu?”. Peraturannya sederhana saja, saat Anda membacakan buku pada si kecil, sesekali berhentilah dan tanyakan tentang benda-benda yang ada di dalam buku tersebut.
9. Memperkenalkan alfabet. Pengenalan ABC ini berguna agar anak tidak merasa asing saat pelajaran membaca di mulai, selain juga akan membantu pengucapannya. Pengenalan ini bisa dengan nyanyian atau pun lewat buku-buku, lakukanlah tanpa memberikan paksaan pada si kecil.
10.Tunda pelajaran tata bahasa. Si kecil akan belajar banyak tentang tata bahasa yang benar dengan mendengarkan pembicaraan Anda, daripada mendengar kritikan dari ucapannya. Anda sendiri mengikuti peraturan yang benar, tetapi jangan memaksakan pada anak. Untuk saat ini, biarkan kata-kata mengalir dengan wajar – termasuk semua kesalahannya.
PANDAI BICARA, LEBIH MANDIRI
Pakar
Perkembangan Anak Elizabeth B. Hurlock, dalam buku “Psikologi Perkembangan”
menyatakan bahwa di masa awal kanak-kanak, Si Kecil mempunyai keinginan kuat
untuk belajar berbicara. Ini disebabkan dua hal, pertama, belajar berbicara
merupakan sarana pokok dalam sosialisasi. Anak-anak yang lebih mudah
berkomunikasi dengan teman sebayanya akan lebih mudah mengadakan kontak sosial
dan lebih mudah diterima oleh kelompok, daripada anak yang mempunyai kemampuan
komunikasi terbatas.
Kedua,
belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Anak-anak yang
tidak dapat mengungkapkan keinginan dan kebutuhannya, atau yang tidak dapat
berusaha agar dimengerti orang lain cenderung diperlakukan sebagai bayi dan
tidak dapat memperoleh kemandirian yang diinginkan. (Rahmi)
Sumber: http://keluargasehat.wordpress.com/category/kecerdasan-anak/
: di ambil dari Tabloid Ibu Anak
KECERDASAN MULTIPEL
Kecerdasan
multipel (multiple inteligensia) adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat
dikembangkan pada anak, antara lain verbal-linguistic (kemampuan menguraikan
pikiran dalam kalimat-kalimat, presentasi, pidato, diskusi, tulisan),
logical–mathematical (kemampuan menggunakan logika-matematik dalam memecahkan
berbagai masalah), visual spatial (kemampuan berpikir tiga dimensi),
bodily-kinesthetic (ketrampilan gerak, menari, olahraga), musical (kepekaan dan
kemampuan berekspresi dengan bunyi, nada, melodi, irama), intrapersonal
(kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri), interpersonal (kemampuan
memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain), naturalist (kemampuan
memahami dan memanfaatkan lingkungan).
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi
kualitas kecerdasan ?
Kecerdasan
multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu faktor keturunan
(bawaan, genetik) dan faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengembangkan
berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor keturunan dan dirangsang oleh
lingkungan terus menerus.
Orangtua yang cerdas anaknya cenderung akan cerdas pula jika faktor lingkungan mendukung pengembangan kecerdasaannnya sejak didalam kandungan, masa bayi dan balita. Walaupun kedua orangtuanya cerdas tetapi jika lingkungannya tidak menyediakan kebutuhan pokok untuk pengembangan kecerdasannya, maka potensi kecerdasan anak tidak akan berkembang optimal. Sedangkan orangtua yang kebetulan tidak berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi (belum tentu mereka tidak cerdas, mungkin karena tidak ada kesempatan atau hambatan ekonomi) anaknya bisa cerdas jika dicukupi kebutuhan untuk pengembangan kecerdasan sejak di dalam kandungan sampai usia sekolah dan remaja.
Orangtua yang cerdas anaknya cenderung akan cerdas pula jika faktor lingkungan mendukung pengembangan kecerdasaannnya sejak didalam kandungan, masa bayi dan balita. Walaupun kedua orangtuanya cerdas tetapi jika lingkungannya tidak menyediakan kebutuhan pokok untuk pengembangan kecerdasannya, maka potensi kecerdasan anak tidak akan berkembang optimal. Sedangkan orangtua yang kebetulan tidak berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi (belum tentu mereka tidak cerdas, mungkin karena tidak ada kesempatan atau hambatan ekonomi) anaknya bisa cerdas jika dicukupi kebutuhan untuk pengembangan kecerdasan sejak di dalam kandungan sampai usia sekolah dan remaja.
Apa kebutuhan pokok untuk
mengembangkan kecerdasan ?
Tiga
kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan antara lain adalah kebutuhan
FISIK-BIOLOGIS (terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik),
EMOSI-KASIH SAYANG (mempengaruhi kecerdasan emosi, inter dan intrapersonal) dan
STIMULASI DINI (merangsang kecerdasan-kecerdas an lain).
Kebutuhan
FISIK-BIOLOGIS terutama gizi yang baik sejak di dalam kandungan sampai remaja
terutama untuk perkembangan otak, pencegahan dan pengobatan penyakit-penyakit
yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan, dan ketrampilan fisik untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
Kebutuhan
EMOSI-KASIH SAYANG : terutama dengan melindungi, menimbulkan rasa aman dan nyaman,
memperhatikan dan menghargai anak, tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan
tetapi lebih banyak memberikan contoh-contoh dengan penuh kasih sayang.
Kebutuhan STIMULASI meliputi rangsangan yang terus menerus dengan berbagai cara
untuk merangsang semua system sensorik dan motorik.
Ketiga
kebutuhan pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin didalam
kandungan karena akan saling berpengaruh. Bila kebutuhan biofisik tidak
tercukupi, gizinya kurang, sering sakit, maka perkembangan otaknya tidak
optimal. Bila kebutuhan emosi dan kasih sayang tidak tercukupi maka kecerdasan
inter dan antar personal juga rendah. Bila stimulasi dalam interaksi
sehari-hari kurang bervariasi maka perkembangan kecerdasan juga kurang
bervariasi.
Apa itu STIMULASI DINI ? Apa
manfaatnya ?
Stimulasi
dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya
sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang
semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan).
Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan
jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan
dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus
menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu
berbagai aspek kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan :
logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa (lingusitik) , kecerdasan musikal,
gerak (kinestetik) , visuo-spasial, senirupa dll.
Cara melakukan stimulasi dini
Stimulasi
sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita.
misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan,
menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan,
menjelang tidur.
Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih) , benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi kekanan-kekiri, tengkurap-telentang , dirangsang untuk meraih dan memegang mainan
Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih) , benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi kekanan-kekiri, tengkurap-telentang , dirangsang untuk meraih dan memegang mainan
Umur
3 – 6 bulan ditambah dengan bermain ‘cilukba’, melihat wajah bayi dan pengasuh
di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
Umur
6 – 9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk
tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
Umur
9 – 12 bulan ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak,
memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola,
dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan.
Umur
12 – 18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna,
menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan
mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok,
piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan
mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan
perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu),
menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.
Umur
18 – 24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan
bagian-bagian tubuh (mana mata ? hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan
gambar atau menyebutkan nama binatang & benda-benda di sekitar rumah,
mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta
dll), latihan menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai celana – baju,
bermain melempar bola, melompat.
Umur
2 – 3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata
sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dll),
menyebutkan nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat
gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran,
manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil / besar di toilet.
Setelah
umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya,
stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang
pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana,
mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan
kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll. Perangsangan
dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di
Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak atau sejenisnya.
Pentingnya suasana ketika stimulasi
Stimulasi
dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari,
terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya,
dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu).
Stimulasi
harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh
dan bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu,
memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan
bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang
lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh
justru memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua
ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam,
diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita.
Pentingnya pola pengasuhan yang
demokratik (otoritatif)
Oleh
karena itu interaksi antara pengasuh dan bayi atau balita harus dilakukan dalam
suasana pola asuh yang demokratik (otoritatif). Yaitu pengasuh harus peka
terhadap isyarat-isyarat bayi, artinya memperhatikan minat, keinginan atau
pendapat anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dan
kegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa,
mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau
pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan koreksi bukan
ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika
melakukan kesalahan.
Mengapa stimulasi dini bisa
merangsang kecerdasan multipel ?
Sel-sel
otak janin dibentuk sejak 3 – 4 bulan di dalam kandungan ibu, kemudian setelah
lahir sampai umur 3 – 4 tahun jumlahnya bertambah dengan cepat mencapai
milyaran sel, tetapi belum ada hubungan antar sel-sel tersebut. Mulai kehamilan
6 bulan, dibentuklah hubungan antar sel, sehingga membentuk rangkaian
fungsi-fungsi. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antar sel-sel otak
ditentukan oleh stimulasi (rangsangan) yang dilakukan oleh lingkungan kepada
bayi-balita tersebut.
Semakin
bervariasi rangsangan yang diterima bayi-balita maka semakin kompleks hubungan
antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur rangsangan yang diterima, maka
semakin kuat maka hubungan antar sel-sel otak tersebut. Semakin kompleks dan
kuat hubungan antar sel-sel otak, maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan
anak di kemudian hari, bila dikembangkan terus menerus, sehingga anak akan
mempunyai banyak variasi kecerdasan (multiple inteligensia) .
Bagaimana cara merangsang kecerdasan
multipel ?
Untuk
merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita
berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu
anak-anak dll.
Latih kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll.
Latih kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll.
Kembangkan
kecerdasan visual-spatial dengan mengamati gambar, foto, merangkai dan
membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle,
rumah-rumahan, permainan komputer dll.
Melatih
kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan
di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam,
menari, olahraga permainan dll.
Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan nada.
Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan nada.
Melatih
kecerdasan emosi inter-personal dengan bermain bersama dengan anak yang lebih
tua dan lebih muda, saling berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan,
bekerjasama membuat sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai
suku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV dll.
Melatih
kecerdasan emosi intra-personal dengan menceritakan perasaan, keinginan,
cita-cita, pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll. Merangsang kecerdasan
naturalis dengan menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot,
memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai,
mengamati langit, awan, bulan, bintang dll. Bila anak mempunyai potensi bawaan
berbagai kecerdasan dan dirangsang terus menerus sejak kecil dengan cara yang
menyenangkan dan jenis yang bervariasi maka anak kita akan mempunyai kecerdasan
yang multipel.
Bagaimana cara mengembangkan
kreativitas anak ?
Kreativitas
dibutuhkan oleh manusia untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Kreativitas harus dikembangkan sejak dini. Banyak keluarga yang
tidak menyadari bahwa sikap orangtua yang otoriter (diktator) terhadap anak
akan mematikan bibit-bibit kreativitas anak, sehingga ketika menjadi dewasa
hanya mempunyai kreativitas yang sangat terbatas.
Bagaimana peran orangtua utk
mengembangkan kreativitas anak ?
Kreativitas
anak akan berkembang jika orangtua selalu bersikap otoritatif (demokratik) ,
yaitu : mau mendengarkan omongan anak, menghargai pendapat anak, mendorong anak
untuk berani mengungkapkannya. Jangan memotong pembicaraan anak ketika ia ingin
mengungkapkan pikirannya. Jangan memaksakan pada anak bahwa pendapat orangtua
paling benar, atau melecehkan pendapat anak
Orangtua
harus mendorong anak untuk berani mencoba mengemukakan pendapat, gagasan,
melakukan sesuatu atau mengambil keputusan sendiri (asalkan tidak membahayakan
atau merugikan oranglain atau diri sendiri). Jangan mengancam atau menghukum
anak kalau pendapat atau perbuatannya dianggap salah oleh orangtua. Anak
tidaklah salah, mereka umumnya belum tahu, dalam tahap belajar. Oleh karena itu
tanyakan mengapa mereka berpendapat atau berbuat demikian, beri kesempatan
untuk mengemukan alasan-alasan. Berikanlah contoh-contoh, ajaklah berpikir,
jangan didikte atau dipaksa, biarkan mereka yang memperbaikinya dengan caranya
sendiri. Dengan demikian tidak mematikan keberanian mereka untuk mengemukakan
pikiran, gagasan, pendapat atau melakukan sesuatu.
Selain
itu orangtua harus mendorong kemandirian anak dalam melakukan sesuatu,
menghargai usaha-usaha yang telah dilakukannya, memberikan pujian untuk hasil
yang telah dicapainya walau sekecil apapun. Cara-cara ini merupakan salah satu
unsur penting pengembangan kreativitas anak. Keluarga harus merangsang anak
untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai benda atau
kejadian disekeliling kita, yang mereka dengar, lihat, rasakan atau mereka
pikirkan dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua harus menjawab dengan cara
menyediakan sarana yang semakin merangsang anak berpikir lebih dalam, misalnya
dengan memberikan gambar-gambar, buku-buku. Jangan menolak, melarang atau
menghentikan rasa ingin tahu anak, asalkan tidak membahayakan dirinya atau
orang lain.
Orangtua
harus memberi kesempatan anak untuk mengembangkan khayalan, merenung, berfikir
dan mewujudkan gagasan anak dengan cara masing-masing. Biarkan mereka bermain,
menggambar, membuat bentuk-bentuk atau warna-warna dengan cara yang tidak
lazim, tidak logis, tidak realistis atau belum pernah ada. Biarkan mereka
menggambar sepeda dengan roda segi empat, langit berwarna merah, daun berwarna
biru. Jangan banyak melarang, mendikte, mencela, mengecam, atau membatasi anak.
Berilah kebebasan, kesempatan, dorongan, penghargaan atau pujian untuk mencoba
suatu gagasan, asalkan tidak membahayakan dirinya atau orang lain.
Semua
hal-hal tersebut akan merangsang perkembangan fungsi otak kanan yang penting
untuk kreativitas anak yaitu: berfikir divergen (meluas), intuitif (berdasarkan
intuisi), abstrak, bebas, simultan.
tulipainzell.multiply.com oleh : Soedjatmiko – IDAI (diambil
dr-anak.com)
1. Kecerdasan Linguistik
Yaitu kecerdasan dalam mengolah
kata-kata secara efektif baik bicara ataupun menulis (jurnalis, penyair,
pengacara)
Ciri-ciri :
- Dapat berargumentasi,
meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata
- Gemar membaca dan dapat
mengartikan bahasa tulisan dengan jelas
2. Kecerdasan Matematis-Logis
Yaitu kecerdasan dalam hal angka
dan logika (ilmuwan, akuntan, programmer)
Ciri-ciri :
- Mudah membuat klasifikasi dan
kategorisasi
- Berpikir dalam pola sebab
akibat, menciptakan hipotesis
- Pandangan hidupnya bersifat
rasional
3. Kecerdasan Visual-Spasial
Yaitu kecerdasan yang mencakup
berpikir dalam gambar, serta mampu untuk menyerap, mengubah dan menciptakan
kembali berbagai macam aspek visual (arsitek, fotografer, designer, pilot,
insinyur)
Ciri-ciri :
- Kepekaan tajam untuk detail
visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan ruang
- Mudah memperkirakan jarak dan
ruang
- Membuat sketsa ide dengan
jelas
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
Yaitu kecerdasan menggunakan
tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan perasaan (atlet,
pengrajin, montir, menjahit, merakit model)
Ciri-ciri :
- Menikmati kegiatan fisik
(olahraga)
- Cekatan dan tidak bias tinggal
diam
- Berminat dengan segala sesuatu
5. Kecerdasan Musikal
Yaitu kecerdasan untuk
mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara (konduktor,
pencipta lagu, penyanyi dsb)
Ciri-ciri :
- Peka nada dan menyanyi lagu
dengan tepat
- Dapat mengikuti irama
- Mendengar music dengan tingkat
ketajaman lebih
6. Kecerdasan Interpersonal
Yaitu kecerdasan untuk mengerti
dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain
(networker, negotiator, guru)
Ciri-ciri :
- Menghadapi orang lain dengan
penuh perhatian, terbuka
- Menjalin kontak mata dengan
baik
- Menunjukan empati pada orang
lain
- Mendorong orang lain
menyampaikan kisahnya
7. Kecerdasan Intrapersonal
Yaitu kecerdasan pengetahuan
akan diri sendiri dan mampu bertidak secara adaptif berdasar pengenalan diri
(konselor, teolog)
Ciri-ciri :
- Membedakan berbagai macam
emosi
- Mudah mengakses perasaan
sendiri
- Menggunakan pemahamannya untuk
memperkaya dan membimbing hidupnya
- Mawas diri dan suka meditasi
- Lebih suka kerja sendiri
8. Kecerdasan Naturalis
Yaitu kecerdasan memahami dan
menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan mengembangkam pengetahuan
akan alam
(petani, nelayan, pendaki,
pemburu)
Ciri-ciri :
- Mencintai lingkungan
- Mampu mengenali sifat dan
tingkah laku binatang
- Senang kegiatan di luar (alam)
9. Kecerdasan Eksistensial
Yaitu kecerdasan untuk menjawab
persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia (filsuf,
teolog,)
Ciri-ciri :
- Mempertanyakan hakekat segala
sesuatu
- Mempertanyakan keberadaan
peran diri sendiri di alam/ dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar